Sunday, February 7, 2010

Tiga Jam (saja) Kenalan, Noordin dan Arina Nikah



Sriwijaya Post | Selasa, 2 Februari 2010 | Inilah kisah unik percintaan gembong teroris asal Malaysia, Noordin M Top dengan Arina Rahmah, gadis Cilacap Jawa Tengah. Hanya tiga jam setelah keduanya saling mengenal, pernikahan langsung dilaksanakan. Kisah ini terungkap di persidangan terosis Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin (1/2), empat bulan setelah Noordin tewas.

Pada bulan Ramadhan 2005, hanya tiga jam sejak tiba di rumah orangtuanya, di Dusun Melele, Desa Pasuruan, Kecamatan Binangun, Cilacap, Jateng, Arina langsung dinikahkan ayahnya dengan Noordin M Top. Saat itu, Arina baru saja kembali dari Kota Yogyakarta setelah sengaja diminta Bahrudin Latif alias Baridin (56), ayahnya, kembali ke Cilacap.

Arina mengisahkan, meski selaku mempelai wanita, dia sendiri tidak mengikuti jalannya prosesi pernikahan tersebut, sebab dia berada di dalam rumah bersama dengan sang ibu, Dwi Astuti.

“Di dalam ajaran kami memang hukumnya begitu. Kami nggak diperbolehkan bertatapan dan bertemu dengan pria yang bukan muhrim kami,” ujar Arina dalam kesaksiannya, di sidang lanjutan Saefudin Zuhri, selaku terdawa terorisme jaringan Palembang, di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin (1/2).

Penuturan serupa dikemukakan Dwi Astuti, istri Baridin. “Saya waktu itu tidak mengikuti jalannya pernikahan karena saya disuruh tinggal di dalam rumah,” kata Dwi dalam kesaksiannya pada lanjutan persidangan terdakwa Saefudin Zuhri, di PN Selatan, Jakarta, Senin (1/2).

Saefudin Zuhri alias Tsabit berbeda orangnya dengan almarhum Saifudin Jaelani (SJ) alias Saifudin Zuhri bin Djaelani Irsyad. SJ dan kakaknya M Syahrir sudah tewas dalam penggerebekan di rumah kos-kosan di kawan Ciputat September silam.

Arina bahkan tak mengetahui pasti kapan tepatnya dirinya dinikahi Noordin. Yang diketahuinya, Noordin, malam itu sudah langsung menginap dan tidur di rumahnya. Dirinya pun diberitahu Baridin sudah sah menjadi istri Noordin.

Arina mengaku tidak mengetahui apa pekerjaan Noordin. Dia mengungkapkan Noordin sering keluar hingga berbulan-bulan tanpa diketahui apa kepentingannya. Perginya pun tidak dapat dipastikan waktunya. “Bisa siang, bisa malam. Kalau saya tanya sama anak-anak bilangnya ada urusan,” katanya.

Wanita yang gagal merampung pendidikannya dari Universitas Muhamadiyah Yogyakarta karena terlanjur dinikahi Noordin itu mengaku Noordin hanya berada sekitar 2 minggu bersamanya di rumah Baridin. Sepanjang menemani Noordin, Arina mengaku Noordin tak pernah bergaul dengan lingkungan sekitar. Dia pun mengaku tidak mengetahui kalau sosok Ade Abdul Halim yang dinikahinya itu adalah Noordin. “Saya baru tahu kalau ditunjukkan tiga buah foto oleh penyidik,” ujar Arina.

Arina mengaku Noordin sering didatangi Saefudin Zuhri (teroris yang diringkus di Palembang), suami dari sepupunya, Nurlela. Namun dia tidak mengetahui pasti apakah Saefudin Zuhri yang bertindak sebagai saksi pernikahannya dengan Noordin. “Saya cuma dengar suara saja. Nggak melihat wajah,” katanya. Selain menerima Zuhri, yang menikahi ponakan Baridin, Noordin dikatakan Arina jarang dikunjungi tamu.

Suami yang telah mengarunainya dua anak itu, diakui Arina terakhir menemuinya Januari 2009, enam bulan sebelum peledakan Hotel JW Marriott dan Hotel Rizt Carlton di Mega Kuningan, 17 Juli 2009, yang dilakukan para anak buah Noordin.

“Saya nggak tahu kalau dia terlibat pengeboman. Yang saya tahu dia seorang pengajar di pondok pesantren di Sulawesi. Dan berasal dari sana. Dia anak yatim-piatu dan dialek bicaranya seperti orang Melayu,” ucap Arina.

Noordin M Top, otak peledakan sejumlah bom di Indonesia tewas tertembak setelah rumah yang mereka huni sekitar 9 jam ditembaki Densus 88 Antiteror Polri di Desa Kepuhsari, Mojosongo, Solo, Jawa Tengah, 17 September 2009. Turut tewas bersamanya 3 teroris lain, identitas teroris yang tewas di solo diantaranya yakni Urwah alias Bagus Budi Pranoto, Ario Sudarso alias Aji, dan Hadi Susilo alias Adib.

Pascameninggalnya Noordin, Arina mengaku kehidupan keluarganya biasa saja. Anaknya memang pernah menanyakan sosok ayahnya, dan dijawabnya seadanya. Keluarga besar, diungkapkan Arina tak pernah membahas dan memperbicangkan masalah kegiatan terorisme yang menimpa mayoritas anggota keluarga lagi. “Nggak pernah ngomongin masalah bom dan ledakan yang pernah terjadi,” akunya.

Dwi Astuti, ibunda Arina Rahmah, menuturkan perkenalan putrinya dengan Noordin terjadi atas jasa Saefudin Zuhri alias Tsabit alias Sugeng alias Abu Lubaba. Zuhri, ponakan Dwi Astuti dari suaminya Baharudin Latif alias Baridin, sudah lama berteman dengan Noordin.

Saat perkenalan Noordin menyamar dengan nama Ade Abdul Halim, berprofesi sebagai guru pada satu pondok pesantren di Makassar. Penyamaran yang sempurna. Agar tidak diungkit soal ibu dan ayahnya lebih detail, Noordin mengaku yatim piatu.

Keberadaan Noordin mulai tercium di rumah Baridin, 26 Juni 2009. Saat itu, puluhan anggota Detaseman Khusus (Densus) 88 Antiteror menggerebek rumah Baridin pimpinan Pondok Pesantren Al-Muaddib di desa tersebut.

Saat digerebek, Noordin tidak ditemukan, termasuk mertuanya, Baridin. Rumah Baridin yang memiliki halaman cukup luas dalam keadaan kosong. Padahal lazimnya selalu ramai karena ditinggali Baridin dan Dwi, istrinya, serta sang menantu, Noordin dan Arina beserta dua anak memreka. Kegiatan di pondok pesantren yang didirikan Baridin itu pun terhenti total. Bahkan semua santri yang berjumlah 15 orang menghilang.

www.AstroDigi.com (Nino Guevara Ruwano)

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...